MEDIAsatu.co, Boltim— Setiap manusia di dunia tentu memiliki keinginan dan cita-cita untuk digapai. Cita-cita dan keinginan itu dapat dicapai dengan melakukan usaha di setiap harinya. Akan tetapi, usaha saja tentu tidak akan cukup jika tidak diiringi dengan doa.
Hal tersebut disampaikan Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sam Sachrul Mamonto, S.Sos, M.Si, ketika mengisi kultum dalam kegiatan buka puasa bersama di rumah dinas bupati di Tutuyan, Senin (25/4/2022).
Bupati mengatakan ada tiga golongan yang doanya langsung tembus dan dikabulkan atau di ijabah oleh Alla SWT. Yang pertama adalah mereka yang berpuasa dan berbuka sampai waktu yang ditetapkan. Kedua mereka adalah para pemimpin yang adil. Dan ketiga yaitu doa orang-orang yang terzalimi, dimana ketika dia menangis dan mencucurkan air mata, dan dia berdoa kepada Allah SWT maka doanya akan langsung dikabulkan.
Namun, yang jadi menarik dari tiga hal yang disampaikan ini kata bupati, adalah mereka yang menjaga puasanya sampai pada waktu berbuka.
“Puasa tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban kita, makan sahur, menahan lapar satu hari, makan disaat buka dan tarawih sampai seterusnya. Tidak seperti itu, sebab inti dari berpuasa adalah kita harus menahan seluruh hawa nafsu dan keinginan yang tidak baik, “ kata bupati.
Bahkan selain hal tersebut, dikatakan bupati bahwa berpuasa satu bulan lamanya untuk mengistirahatkan usus, karena dalam anatomi tubuh manusia terdapat bagian yang tidak pernah berhenti setiap hari, yaitu usus.
“Ketika kita istirahatkan itu, maka banyak sekali faedah dan manfaat yang kita dapat dari berpuasa. Insya Allah pada bulan Ramadan masuk ke 23 ini seluruh doa-doa kita akan dikabulkan oleh Alla SWT, “ ucap bupati.
Bupati juga menceritakan kisah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Abu Thalhah yang sangat rajin berpuasa dan berjihad. Dia bahkan wafat saat beribadah puasa dan tengah berjihad di jalan Allah SWT.
Dikatakan bupati bahwa dalam kisah tersebut, Abu Thalhah tidak lalai berjihad di jalan Allah. Ia pun tetap rajin berpuasa. Dalam kisa itu Abu Thalhah mengikuti jihad seperti biasa untuk membela agama Allah. Saat itu, pasukan muslimin berniat berperang di lautan pada masa Khalifah Usman bin Affan. Abu Thalhah pun berangkat bersama pasukan muslim.
Saat berada di atas kapal di tengah lautan bersama pasukan muslimin, Abu Thalhah jatuh sakit dan wafat. Pasukan muslim mencoba mencari pulau untuk menguburkan jasadnya.
Namun, selama tujuh hari mereka tidak menemukan pulau di sekitar tempat mereka berlayar. Selama waktu itu, jasad Abu Thalhah ditutupi kain. Jasadnya utuh, tidak berubah sedikitpun. Jasadnya tampak seperti orang yang tertidur.
“Itulah yang terjadi pada jenazah sahabat Nabi yang rajin berpuasa, “ tutup bupati.
Faruk Langaru