Jelang perhelatan pemilihan bupati dan wakil bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) 2020, tensi politik semakin gusar ditebak. Satu dengan yang lain saling mengklaim kekuatan dengan membangun opini dimasyarakat bahwa jagoannya yang akan menjadi jawara dalam kontestasi 5 tahunan tersebut.
Situasi yang terjadi hari tentu tak lepas dari dinamika politik 4 bulan terakhir yang terjadi di wilayah Kabupaten Boltim. Semua memiliki peluang yang sama untuk menang tinggal bagaimana meraup hati konsituen (pemilih) dengan gagasan serta program yg berpihak pada kepentingan rakyat.
Melihat situasi Boltim hari ini Pengamat Politik Muda Boltim Zanjabil Wakid secara pribadi menilai bahwa apa yang terjadi di Boltim hari ini adalah hal yang lumrah dalam politik. Arus masyarakat bawah pasti menginginkan figur yang punya keberpihakan utuh pada kelompok marjinal (terpinggir) dan para kontestan pilkada harus melihat hal ini sebagai peluang untuk meraup dukungan sebanyak-banyaknya.
Tentu dengan cara dan strategi mereka masing -masing. Dalam politik ada yang disebut ‘tritmen nalar’ artinya masyarakat akan cenderung pada militansi secara pilihan politik, pun sebaliknya sewaktu-waktu bisa berbeda haluan ditengah jalan. Tergantung bagaimana tim pemenangan dan para calon kepala daerah membentuk militansi para pendukungnya.
Peluang Boltim hari ini melihat situasi politik yang bergerak dinamis bisa jadi akan tetap berubah. Beberapa nama yang santer terdengar dipastikan maju pasti akan super kerja keras. Mengingat perhelatan pendaftaran di KPU semakin dekat. Lobi dan negosiasi ditingkatan elit dipastikan akan semakin sengit terjadi. Dan hal ini tentu akan terus menimbulkan kekhawatiran dimasyarakat apa jagoan mereka akan bisa direkrut oleh partai politik atau tidak.
Dosen STIP Manado ini membaca, situasi di Boltim hari ini bukan tidak mungkin akan ada kejutan-kejutan yg menarik untuk disimak. Karena dalam politik semua bersifat ‘abstrak’ tak jelas arahnya. Hari ini banyak yang berspekulasi akan terjadi pertarungan 3 kandidat tapi bukan tidak mungkin akan berpeluang kearah ‘head to head’. Semua analisa sementara akan tetap berlaku dalam politik. Mayoritas masyarakat pemilih telah menentukan pilihannya hari ini. Dan pasti kelompok militansi sudah terbentuk.
Sebagian parpol telah menetapkan dukungan. Namun sebagian lagi masih sulit menentukan dukungan. Saya beranggapan bahwa bisa saja akan terbentuk 3 faksi kekuatan besar antara koalisi PAN, GOLKAR, PBB, Demokrat yang hampir pasti mengusung Amalia Landjar – Uyun Pangalima berhadapan dengan PDIP, PKS, Gerindra, Perindo yang berpeluang mengusung Suhendro Boroma -Rusdi Gumalangit atau Suhendor Boroma – Medy Lensun ataukah Oskar Manoppo-Medy Lensun dan gerbong ketiga Nasdem, PKB yang membentuk kekuatan baru Sam Sahrul- Tomy Sumendap.
Terminologi ‘Vox Poluli Vox Dei’ atau suara rakyat adalah suara Tuhan harus secara seksama harus dilihat oleh para kandidat yg nantinya akan bertarung di Pilkada Boltim. Segala kemungkinan akan terus bergerak fluktuatif. Tinggal kita liat saja nanti kedepan akan seperti apa kekuatan politik yang akan terbentuk.
Menurut dia, pemilih jelas pasti bisa berubah dalam pilihan. Tinggal bagaimana para kandidat terus memperkuat basis dukungan agar konsituennya tidak akan berpaling dari pilihannya semula.
redaksi